MAKALAH PERKULIAHAN BIMBINGAN KONSELING (BK) // PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK // TUJUAN KONSELING KELOMPOK

MAKALAH PERKULIAHAN BIMBINGAN KONSELING (BK) // PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK // TUJUAN KONSELING KELOMPOK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Setiap manusia  pasti memiliki masalah dan terkadang masalah itu tidak dapat diselesaikan sendiri. Ini karena manusia diciptakan sebagai mahluk sosial, bukan mahluk individu. Kodrat sebagai mahluk sosial ini membuat manusia tidak dapat membuatnya hidup seorang diri. Manusia akan saling ketergantungan dengan lingkungan sosialnya. Bahkan untuk menghadapi masalah yang tengah membelitnya manusia juga  membutuhkan bantuan orang lain, khususnya ketika mereka merasa masalah tersebut sudah tidak mungkin lagi dihadapi seorang diri. Seseorang akan lebih tegar dalam menghadapi masalah yang dialaminya ketika orang tersebut menyadari jika masalah serupa juga dialami oleh orang lain. Konseling kelompok merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah yang tengan dihadapi seseorang dalam suatu diskusi kelompok. Melalui KOnseling Kelompok ini orang yang bermasalah akan mampu mebuka dirinya untuk membagi masalah yang didapinya dalam diskusi tersebut. Dengan adanya diskusi dalam kelompok, akan timbul pula berbagai solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang tengah dihadapi orang tersebut. Orang yang bermasalah akan mengajadi lebih percaya diri untuk menghadapi masalahnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba membahas tentang “Pengertian Konseling Kelompok, Tujuan dan Proses Konseling Kelompok, serta Perbedaan Konseling Kelompok Menurut Para Ahli”.

1.2    Rumusan Masalah   
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adala sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian dari konseling kelompok?
2.    Apakah tujuan dari konseling kelompok?
3.    Bagaimanakah proses konseling kelompok?
4.    Apakah perbedaan konseling kelompok menurut para ahli?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian Konseling Kelompok.
2.    Mengetahui tujuan dari konseling kelompok.
3.    Mengetahui proses dari konseling kelompok.
4.    Mengetahui perbedaan pendapat para ahli tentang konseling kelompok.

1.4    Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Dapat mengetahui pengertian Konseling Kelompok.
2.    Dapat mengetahui tujuan dari konseling kelompok.
3.    Dapat mengetahui proses dari konseling kelompok.
4.    Dapat mengetahui perbedaan pendapat para ahli tentang konseling kelompok.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi‐fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung.
Konseling kelompok merupakan suatu proses pertalian pribadi (interpersonal relationship) antara seorang atau beberapa konselor dengan sekelompok konseli yang dalam proses pertalian itu konselor berupaya membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan konseli untuk menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal‐hal yang menjadi kepedulian masing‐masing konseli melalui pengembangan pemahaman, sikap, keyakinan, dan perilaku konseli yang tepat dengan cara memanfaatkan suasana kelompok.
Konseling kelompok  berfokus pada usaha membantu konseli dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan  dan penyesuaian sehari-hari, misalnya modifikasi tingkah laku, pngembangan ketrampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier. Gibson dan Mitchell (dalam Latipun : 2008 : 1981)
Konseling kelompok merupakan  salah satu bentuk terapiutik yang berhubungan dengan pemberian bantuan berupa pengalaman penyesuaian dan perkembangan individu. Konseling kelompok saat ini telah diterapkan di berbagai instusi, seperti sekolah, rumah sakit, perusahaan, dan masyarakat luas.
Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok kecil dengan mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya .
Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima, dan berempati dengan tulus. Konseling kelompok merupakan wahana untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, menemukan alternatif cara penyelesaian masalah dan mengambil keputusan yang tepat dari konflik yang dialamimya dan untuk meningkatkan tujuan diri, otonomi dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Dengan  demikian konseling kelompok memberikan kontribusi yang penting dalam meningkatkan penyesuaian diri, apalagi masalah penyesuaian diri merupakan masalah yang banyak dialami oleh siswa sehingga untuk mengefisiensikan waktu konseling kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling individual.

2.2    Tujuan Konseling Kelompok

Tujuan layanan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis berkaitan dengan tujuan yang secara umum dicapai melalui proses konseling, yaitu penembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan, fungsi masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok agar masalah terselesaikan dengan cepat  melalui bantuan anggota kelompok yang lain (fungsi pemahaman pengembangan, fungsi pencegahan dan fungsi pemecahan masalah). Sedangkan tujuan operasional disesuaikan dengan harapan konseli dan masalah yang dihadapi konseli (latipun, 2008:152).
Selain itu, ada beberapa tujuan konseling kelompok yang diungkapkan oleh para ahli, yaiu sebagai berikut:
1.    Menurut Dewa Ketut Sukardi tujuan konseling kelompok meliputi:
a.    Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
b.    Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.
c.    Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.
d.    Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.
2.    Menurut Prayitno (1997:80). Konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
3.    Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain.
4.    Menurut Winkel (2004:592) tujuan konseling kelompok yaitu:
a.    Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu, dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dan kepribadiannya.
b.    Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan komunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyesuaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.
c.    Para anggota kelompok memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri.
d.    Para anggota kelompok menjadi lewbih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.
e.    Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku yang lebih konstruktif.
f.    Para anggota kelompok lebih berani melangkah lebih maju dan menerima resiko yang wajar dalam bertindak, dari pada tinggal dian dan tidak berbuat apa-apa.
g.    Para anggota kelompok lebih menghayati dan menyadari kehidupan manusia sebagai kehidupan yang sesama, dan mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima orang lain.

2.3    Proses Konseling kelompok

Proses konseling kelompok merupakan tahapan-tahapan perkembangan ynag di alami oleh kelompok selama menjalani konseling kelompok.
1.    Tahap Permulaan (beginning stage)
Pada tahap permulaan ini konselor perlu mempersiapkan terbentuknya kelompok. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok. Pada pertemuan awal adalah penting bagi konselor untuk membentuk kelompok dan menjelaskan tujuan konseling kelompok dengan istilah yang mudah dipahami oleh siswa yang ada di dalam kelompok. Tahap permulaan juga sering disebut tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan kelompok, tahap menentukan agenda, tahap menentukan norma kelompok dan tahap penggalian ide dan perasaan. Pada tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian maupun seluruh anggota.
Pada tahap ini konselor harus berperan aktif, artinya konselor perlu melakukan : 1) penjelasan tentang tujuan kegiatan, 2) penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota, 3) pertumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima, 4) pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok. Setelah pembentukan kelompok kemudian dimulai dengan pertemuan pertama yang disebut peran serta. Disini konselor kelompok perlu melakukan langkah-langkah :
a.    Perkenalan
Konselor memperkenalkan dirinya dan tiap-tiap anggota kelompok. Jika masing-masing anggota kelompok sudah saling mengenal maka yang dilakukan oleh konselor adalah meningkatkan kualitas hubungan antar anggota kelompok.
b.    Pelibatan diri
Konselor menjelaskan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai dan menjelaskan cara-cara yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan itu. Konselor menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain. Konselor juga harus dapat merangsang dan memantapkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana kelompok yang diinginkan dan juga membangkitkan minat-minat dan kebutuhan serta rasa berkepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan.
c.    Agenda
Setelah anggota saling mengenal dan melibatkan diri ke dalam kehidupan kelompok, konselor membuka kesempatan bagi mereka untuk menentukan agenda. Agenda adalah tujuan yang akan dicapai di dalam kelompok. Agenda dapat dibagi menjadi dua yaitu agenda jangka pendek dan agenda jangka panjang.
d.    Norma kelompok
Norma kelompok yang perlu ditekankan disini adalah kerahasiaan. Konselor perlu menekankan kepada semua peserta pentingnya pemeliharaan kerahasiaan itu. Mereka harus diingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam konseling kelompok merupakan rahasia mereka bersama sebagai kelompok. Apa yang terjadi di dalam kelompok dilarang dibicarakan di luar kelompok dengan orang lain. Selain itu juga perlu dingatkan tentang kehadiran dan absensi. Hal lain yang perlu dibina adalah suasana positif dalam kelompok dan perlu dikemukakan aturan main dalam memberikan umpan balik.
e.    Penggalian ide dan perasaan
Sebelum pertemuan pertama berakhir perlu digali ide-ide maupun perasaan-perasaan yang muncul. Usul-usul perlu ditampung dan juga perasaan-perasaan yang masih mengganjal perlu diungkapkan sebelum dilanjutkan pada tahp berikutnya.
2.    Tahap Transisi (transition stage)
Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja (kegiatan). Transisi dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai bersaing dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat kekuasaan dalam kelompok. Pada tahap ini muncul perasaan-perasaan kecemasan, pertentangan, pertahanan, ketegangan, konflik, konfrontasi dsb. Meskipun frustasi dan kegaduhan meningkat pada tahap ini, namun ini merupakan saat yang produktif bagi anggota kelompok untuk memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat pengalaman-pengalaman baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok tersebut. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dan ketrampilan konselor dalam beberapa hal, yaitu kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota dan mengenal suasana emosi di dalam kelompok. Konselor harus peka kapan harus melakukan konfrontasi terhadap anggota dan kapan harus memberikan dukungan, oleh karena itu konselor harus memperhatikan pola perilaku anggota dalam kelompok.

3.    Tahap Kegiatan (working stage)
Tahap kegiatan sering disebut sebagai tahap bekerja, tahap penampilan, tahap tindakan dan tahap pertengahan yang merupakan inti kegiatan konseling kelompok sehingga memerlukan alokasi waktu yang terbesar dalam keseluruhan kegiatan konseling kelompok. Tahap ini merupakan tahap kehidupan yang sebenarnya dari konseling kelompok. Di mana para anggota memusatkan perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas dan mempraktekkan perilaku-perilaku baru. Kelangsungan kegiaatan kelompok pada tahapini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Pada tahap ini, hubungan antar anggota sudah mulai ada kemajuan, sudah terjalin rasa saling percaya antar sesama anggota kelompok, rasa empati, saling mengikat dan berkembang lebih dekat secara emosional, dan kelompok tersebut akan menjadi kompak (kohesif).
Penekanan utama pada tahap ini adalah produktifitas, baik hasilnya dapat dilihat langsung maupun tidak langsung. Anggota kelompok memfokuskan pada meningkatkan diri mereka sendiri dan/atau dalam mencapai tujuan individu atau kelompok yang spesifik.  Para anggota kelompok pada tahap ini belajar hal-hal baru, melakukan diskusi tentang berbagai topik atau melakukan diskusi tentang berbagai topik atau melakukan saling berbagi rasa dan pengalaman. Pada tahap ini interaksi antar angota konselor mulai menurun dan interaksi antar anggota- anggota menaik. Pada saat ini konselor berperan sebagai pengamat dan fasilitator.
Tahap ini dikatakan berhasil bila semua solusi yang mungkin telah dipertimbangkan dan diuji menurut konsekuensinya dapat diwujudkan. Solusi-solusi tersebut harus praktis, dapat direalisasikan , dan pilihan akhir harus dibuat setelah melalui pertimbangan dan diskusi yang tepat. Namun perlu dicatat bahwa kemajuan selama tahap ini tidak selalu konstan, kadang-kadang  terjadi kemunduran, stagnasi, atau bahkan kebingungan. Oleh karena itu konselor hendaknya sadar dan bersiap diri dengan kemungkinan negatif tersebut.
4.    Tahap Pengakhiran (termination stage)
Kegiatan kelompok tidak mungkin berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap kegiatan, kegiatan kelompok ini menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatan pada saat yang dianggap tepat. Pada tahap akhir atau penghentian pertemuan kelompok yang penting adalah bagaimana ketrampilan anggota, termasuk konselor, dalam mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke dalam kehidupannya di luar lingkungan kelompok. Anggota kelompok berupaya merealisasikan rencana-rencana tindakan sampai mencapai perubahan perilaku yang diinginkan. Tidak semua anggota kelompok dapat dengan mudah merealisasikan rencana-rencana tindakan atau keputusan-keputusannya. Karena itu konselor bersama anggota kelompok perlu memberikan penguatan yang cukup bagi kebanyakan individu, bahkan kadang-kadang diperlukan dukungan dari orang lain di luar kelompok yang berarti bagi anggota kelompok. Kegiatan kelompok yang paling penting dalam tahap pengentian adalah untuk merefleksikan pengalaman mereka di masa lalu, memproses kenangan, mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari, menyatakan perasaan yang bertentangan dan membuat keputusan kognitif (wagenheim & Gemmil, 1994 dalam Wibowo, 2005 : 98).
Penghentian memberi kesempatan pada anggota kelompok untuk memperjelas arti dari pengalaman mereka, untuk mengkonsolidasi hasil yang mereka buat dan untuk membuat keputusan mengenai tingkah laku yang mereka inginkan untuk dilakukan di luar kelompok dan dilakukan dikehidupan kelompok sehari-hari. Pengakhiran konseling kelompok hendaknya membuat kesan yang positif bagi anggota kelompok, jadi jangan sampai anggota kelompok mempunyai ganjalan-ganjalan. Untuk itu perlu diberikan kesempatan bagi masing-masing anggota untuk mengemukakan ganjalan-ganjalan yang sesungguhnya mereka rasakan selama kelompok berlangsung. Dengan demikian para anggota kelompok akan meninggalkan kelompok dengan [erasaan lega dan puas. Dengan kata lain, bahwa pada akhir kegiatan kelompok hendaknya para anggota merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok yang diikutinya.

2.4    Perbedaan Konseling Kelompok Menurut Para Ahli

Setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi dari konselin kelompok sekalipun inti dari pengertian rtersebut mengacu pada hal yang sama. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Rochman Natawijaya, 1987:14Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya.
2.    Menurut Asew,(1990) Konseling kelompok adalah sebagai suatu praktek profesional yang luas, yang mengarahkan kepada pemberian bantuan atau penyelesaian tugas-tugas dalam suatu adegan (setting)  kelompok.
3.    Menurut Gazda, (1967) Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi, seperti saling mempercayai, saling memerlukan, saling pengertian, saling mendukung dan menerima.
4.     Gazda, 1984 dan Shertzer & Stone, 1980 Konseling kelompok adalah suatu proses  antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan prilaku yang disadari.
5.    Prayitno, (1999 : 115-120) Konseling kelompok adalah suatu layanan bimbingan dan kelompok konseling yang memungkinkan peserta  didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
6.    Achmad Juntika Konseling kelompok adalah adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam konseling kelompok, siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
7.    Menurut    Allson, Konseling kelompok adalah layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi dalam suasana kelompok.
8.    Menurut Sukamto, Konseling kelompok adalah pelayanan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah dalam sebuah diskusi kelompok yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan individu sesuai harkat dan martabatnya.
9.    Menurut Erman Amti, Konseling kelompok adalah kegiatan dinamika kelompok yang membantu tercapainya perkembangan optimal individu sesuai bakat dan kemampuan, sehingga dapat hidup mandiri.
10.    Menurut Dr. Thantawy R, M.A. (2005) Konseling Kelompok merupakan hubungan interpersonal yang dinamis antara konselor dan konseli dan antar konseli, interaksi dalam kelompok memungkinkan anggota kelompok untuk belajar menghadapi kenyataan hidup dan meningkatkan pengertian saling percaya, penerimaan nilai-nilai kehidupan, cita-cita, tujuan serta sikap atau tingkah laku yang digunakan oleh lingkungan sosial tertentu.
11.    Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003) konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang  bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
12.    Menurut Heru Mugiarso (2007) konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi umum layanan konseling kelompok diselenggarakan dalam kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi segenap bidang bimbingan. Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok.
13.    Menurut Prayitno (2004) layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
14.    Menurut Winkel (2007) konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
15.    Menurut Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi‐fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. Tujuan layanan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Proses konseling kelompok merupakan tahapan-tahapan perkembangan yang di alami oleh kelompok selama menjalani konseling kelompok, yaitu tahap permulaan (beginning stage), tahap transisi (transition stage), tahap kegiatan (working stage), tahap pengakhiran (termination stage). Dari uraian di atas maka dapat ditemukan perbedaan konseling kelompok menurut para ahli yaitu: konseling kelompok adalah konseling yang dilaksanakan di dalam kelompok namun tetap mengacu pada pribadi-pribadi yang tergabung dalam kelompok tersebut, jumlah anggota kelompok minimal 2 orang, konseling kelompok merupakan upaya membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya.
3.2    Saran
Adapun saran dari pembahasan di atas adalah  sebagai berikut.
1.    Kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa PGSD, agar dapat memahami secara lebih mendalam tentang konseling kelompok di Sekolah Dasar sebagai dasar pelaksanaan BK di Sekolah Dasar.
2.    Kepada para pendidik, agar memahami pentingnya mendalami konseling kelompok sebagai dasar dalam melaksanakan penerapan BK.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu M & Noviyanti K D. Pendekatan Konseling Kelompok. Diktat Kuliah Prodi BK. Madiun: FIP. IKIP PGRI
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UMM Pres

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!

No comments:

SOAL PENILAIAN HARIAN: KELAS 6 TEMA 9 SUBTEMA 3

 SOAL PENILAIAN HARIAN: KELAS 6 TEMA 9 SUBTEMA 3 Memuat… Waktu Pengerjaan: 20:00 menit!