Showing posts with label BIMBINGAN KONSELING. Show all posts
Showing posts with label BIMBINGAN KONSELING. Show all posts

MASALAH ANAK “GIFTED”, ANAK CERDAS LUAR BIASA // METERI KULIAH PGSD

MASALAH ANAK “GIFTED”, ANAK CERDAS LUAR BIASA // METERI KULIAH PGSD

1)    Definisi anak cerdas luar biasa
Anak cerdas berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan luar biasa yang sudah melekat dari dalam diri sejak lahir yang melliputi kemampuan intelektual, akademik, kretif dan produktif, kemamapuan dalam salah satu bidang seni dan psikomotor yang dalam pengembangan kemampuan-kemampuan tersebut secara optimal diperlukan pelayanan pendidikan yang khusus

2)    Ciri-ciri anak cerdas luar biasa
Kecerdasan selalu dikaitkan dengan IQ yang tinggi,namun anak yang cerdas tidak hanya mempunyai ingatan yang kuat.Anak yang cerdas juga memiliki potensi pengembangan diri yang kuat pula.Bersyukurlah jika kita dikaruniai seorang anak yang cerdas,sehingga tidak susah susah dalam mendidiknya.Jika Anda ingin memiliki anak yang cerdas,bisa diusahakan dengan memperhatikan gizi asupan makanan harian anak Anda.Baca: Bahan makanan agar anak menjadi cerdas

Mari kita simak apa pendapat para pakar tentang ciri anak yang cerdas.
1.    Mempertahankan Informasi:
Sebuah istilah “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” nampaknya berlaku juga bagi kebanyakan anak. Akan tetapi anak yang pintar benar-benar bisa mempertahankan berbagai informasi dan mampu mengingatnya kembali di lain waktu.
Sebuah contoh dari National Association of Gifted Children (NAGC) yaitu: “Seorang anak berusia enam tahun kembali dari perjalanan kunjungan ke museum ruang angkasa dan membikin kembali secara akurat gambar roket luar angkasa yang telah dilihatnya.

2.    Memiliki Ketertarikan Luas:
Anak pintar akan menunjukkan minat dalam berbagai topik.Misalnya mereka mungkin suka dengan dinosaurus dalam bulan ini, rdan suka ruang angkasa pada bulan berikutnya, dan seterusnya.


3.    Menulis dan Membaca Lebih Awal:
Jika anak anda adalah seseorang yang pintar dan cerdas, dia mungkin dapat membaca dan menulis lebih dini walaupun tanpa pengajaran formal.

4.    Berbakat di Bidang Musik atau Seni.
Anak yang menunjukkan bakat luar biasa untuk musik dan kesenian sering dianggap pintar. Anak yang dapat menggambar ataupun dapat bernyanyi dengan sempurna, dan juga menampilkan bentuk persepsi seni yang tinggi lainnya biasanya masuk dalam kategori anak pintar.

5.    Menunjukkan Waktu Konsentrasi Intens:
Anak tidak begitu identik dengan rentang perhatian yang panjang, tapi anak pintar mampu memiliki waktu yang lebih untuk konsentrasi intens.

6.     Memiliki Ingatan yang Baik:
Beberapa anak pintar mampu mengingat hal-hal sewaktu mereka saat lebih kecil. Misalnya, anak berumur dua tahun mungkin akan ingat dan membawa kembali kejadian ketika dia masih berusia 18 bulan.

7.    Memiliki Kosakata Tinggi:
Seorang anak yang terlalu dini untuk mampu berbicara bukan saja merupakan tanda kepintaran, tapi jika anak anda berbicara menggunakan kosakata yang lebih maju dengan memakai kalimat-kalimat, maka dia mungkin memang sepintar yang anda bayangkan.
Menurut NAGC, contohnya “Anak pada usia dua tahun membuat kalimat seperti: ‘Ada anjing.’ Anak dua tahun yang cerdas mungkin akan berkata, ‘Ada seekor anjing di belakang rumah dan ia mengendus bunga.’”

8.    Memperhatikan Detil:
Anak pintar memiliki mata yang tajam untuk melihat sebuah detil. Anak yang lebih tua mungkin ingin tahu rincian spesifik tentang bagaimana segala sesuatu bekerja, sedangkan anak yang lebih muda akan dapat menaruh kembali mainan persis di mana ia mendapatkannya atau memperhatikan jika sesuatu telah dipindahkan dari tempat biasa.


9.    Bertindak sebagai Kritikus Sendiri:
Pada umumnya anak tidak terlalu khawatir tentang diri mereka sendiri atau orang lain, kecuali teman mereka memiliki sesuatu yang mereka inginkan. Sebaliknya, anak pintar prihatin dengan orang lain, tapi yang paling penting terhadap diri mereka sendiri.

10.    Memahami Konsep yang Kompleks:
Anak yang sangat pintar memiliki kemampuan untuk memahami konsep yang kompleks, memahami hubungan, dan berpikir abstrak. Mereka mampu memahami masalah secara mendalam dan berpikir tentang sebuah solusi.

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Subscribe, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya...  Sampai jumpa.!!!

Warning: Dilarang keras mengcopy-paste dan mempublish ulang seluruh atau sebagian isi tulisan dalam Blog sumayasadumedukasi.blogspot.com. Segala bentuk tindakan mengcopy-paste dan mempublish ulang seluruh atau sebagian isi tulisan dalam blog ini dapat dilaporkan sebagai pelanggaran hak cipta content ID. Terimakasih.

RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal mengenai bimbingan konseling, tujuan utama pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yaitu untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial pribadi, pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan dan masyarakat, ada beberapa bidang garapan dari bimbingan dan konseling ini, bidang bimbingan yang akan diberikan meliputi tiga bidang garapan. 

Adapun  tiga bidang tersebut, adalah sebagai berikut :
1.    Bimbingan sosial pribadi yang memuat layanan bimbingan yang bersentuhan dengan :
a.    Pemahaman diri
b.    Mengembangkan sikap positif
c.     Membuat pilihan kegaiatan secara sehat
d.    Menghargai orang lain
e.    Mengembangkan rasa tanggungjawab
f.    Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
g.    Keterampilan menyelesaikan masalah
h.    Membuat keputusan secara baik

2.    Bimbingan pengembangan pendidikan, memuat layanan yang berkenaan dengan :
a.    Belajar yang benar
b.    Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
c.    Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannyaKeterampilan untuk menghadapi ujian

3.    Bimbingan pengembangan karier, meliputi :
a.    Mengenali macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenis pekerjaan
b.    Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
c.    Mengeksplorasi arah pekerjaan
d.    Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan

Adapun menurut para ahli, layanan Bimbingan dan Konseling meliputi empat bidang garapan, seperti yang dikemukakan oleh Muro dan Kottman (Ahman, 1998;2530) yakni:

1.    Layanan Dasar Bimbingan
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupannya, dengan muatan materi yakni
a.    Self esteem
b.    Motivasi berprestasi
c.    Keterampilan pengambilan keputusan, merumuskan tujuan dan membuat perencanaan
d.    Keterampilan pemecahan masalah
e.    Kefektifan dalam hubungan antar pribadi
f.    Keterampilan berkomunikasi
g.    Keefektifan dalam memahami lintas budaya
h.    Prilaku yang bertanggungjawab

2.    Layanan responsif
Layanan ini bertujuan untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial pribadi dan karier atau masalah perkembangan pendidikan, muatan materinya mencakup :
a.    Kesuksesan akademik
b.    Kenakalan anak
c.    Masalah putus sekolah
d.    Kehadiran
e.    Sikap dan prilaku terhadap sekolah
f.    Hubungannya dengan teman sebaya
g.    Keterampilan studi
h.    Penyesuaian di sekolah baru

3.    Sistem perencanaan individual
Tujuan layanan ini adalah membantu siswa untuk merencanakan, memonitor dan mengelola rencana pendidikan, karir dan pengembangan sosial pribadi oleh dirinya sendiri. Dengan kata lain, melalui sistem perencanaan individual siswa dapat:
a.  Mempersiapkan pendidikan, karir, tujuan sosial pribadi yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakat.
b.   Merumuskan rencana untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan tujuan jangka panjang.
c.    Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya
d.    Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya
e.    Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya

4.    Sistem pendukung
Komponen sistem pendukung lebih diarahkan kepada pemberian layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung bermanfaat bagi siswa. Layanan ini mencakup :
a.    Konsultasi dengan guru-guru
b.    Dukungan bagi program pendidikan orang tua dan upaya-upaya masyarakat
c.    Partisipasi dalam kegiatan sekolah bagi peningkatan perencanaan dan tujuan
d.    Implementasi dan program standarisasi instrumen tes
e.    Kerja sama dalam melaksanakan riset yang relevan
f.   Memberikan masukan terhadap pembuat keputusan dalam kurikulum pengajaran, berdasarkan perspektif siswa

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Subscribe, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!!

PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD


Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil – hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelenggaran pelayanan.

2.3.1 Macam – macam prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budaya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses, penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya :

a. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

b. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi focus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi yang negative terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan , dan peluang untuk berkembang.

d. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas dan tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagi teamwork terlibat dalam proses bimbingan.

e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan dapat mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Jones et.al. (1970) berpendapat bahwa kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersiafat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, social, pendidikan, dan pekerjaan.

Biasco (Syamsu, 1998:10) mengidentifikasi lima prinsip bimbingan, yaitu sebagai berikut

a. Bimbingan, baik sebagai konsep maupun proses merupakan bagian integral program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu bimbingan dirancang untuk melayani semua siswa, bukan hanya untuk anak yang berbakat atau yang mempunyai masalah.

b. Program bimbingan akan berlangsung dengan efektif apabila ada upaya kerjasama antarpersonal sekolah, juga dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti orangtua siswa atau para spesialis.

c. Layanan Bimbingan didasarkan kepada asumsi bahwa individu memiliki peluang yang lebih baik untuk berkembang melalui pemberian bantuan yang terencana.

d. Bimbingan berasumsi bahawa individu, termasuk anak-anak memiliki hak untuk menentukan sendiri dalam melakukan pilihan. Pengalaman dalam melakukan pilihan sendiri tersebut berkontribusi kepada perkembangan rasa tanggung jawabnya.

e. Bimbingan ditujukan kepada perkembangan pribadi setiap siswa, baik menyangkut aspek akademik, sosial, pribadi, maupun vokasional.

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik secara perorangan maupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut : 
a.    BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
b.    BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c.    BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek perkembangan individu.
d.    BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah. Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas yang berkenaan dengan :
 a.    BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
 b.    Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada invidu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK.

Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK itu adalah sebgaai berikut :

a.    BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b.    Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
c.    Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional.


Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah :
a.    BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya.
b.    Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain.
c.    Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d.    Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak, amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
e.    Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum seperti yang dikehendaki.

Dari prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang ada dapat dikemukakan beberapa prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut:

1.    Bimbingan adalah untuk semua murid
Semua murid pada dasarnya memerlukan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan jenis dan sifat masalah yang dihadapinya. Berdasar pertimbangan waktu, tempat, tenaga dan dana; banyak sekolah yang membatasi program bimbingan dan konseling untuk membantu murid yang mengalami masalah tertentu saja, seperti potensial putus sekolah, kesulitan dalam belajar, dan kesulitan dalam mengadakan penyesuaian diri di sekolah.

2.    Bimbingan dan konseling melayani murid-murid dari semua usia
Bimbingan dan konseling tidak hanya untuk siswa-siswa tingkat sekolah atau kelas-kelas tertentu saja, tetapi adalah untuk semua siswa mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, bahkan jugs orang-orang dewasa. Bimbingan diberikan mulai sejak anak memasuki sekolah dan dilanjutkan terus sambil siswa mengalami tahap-tahap maju di sekolah sampai ia menamatkan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

3.    Bimbingan dan konseling harus mencakup semua bidang pertumbuhan dan perkembangan siswa
Bimbingan dan konseling terkait dengan pribadi secara keselurruhan dan terarah pada pertumbuhan dan perkembangan jasmaniah, mental, social dan emosional. Manusia pada hakikatnya adalah holistic, tingkah laku dan pertumbuhannya tidak dapat dipenggal-penggal dan dipisahkan.

4.    Bimbingan mendorong penemuan dan pengembangan diri
Untuk menumbuh kembangkan kemampuan murid dalam menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri perlu dikurangi pendidikan dan pengajaran yang berbentuk “pemberitahuan “ atau “perintah”. Hal ini dapat ditempuh antara lain dengan melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang meminta tentang apa yang akan dilakukannya. Pendidikan dan pengajaran seperti ini memungkinkan berusaha mencari dan menemukan sendiri apa yang patut dilakukanya.

5.    Pelaksanaan bimbingan dan konseling menghendaki adanya kerjasama dari murud, orang tua, kepala sekolah, konselor
Hal ini berarti bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling memerlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak yaitu murid, orang tua, guru, kepala sekolah, konselor dan petugas sekolah lainnya. Tanpa adanya dukungan dan kerjasama dari pihak yang terkait, pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat menjadi mandeg. Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama dari pihak itu, perlu diatur dan ditetapkan peranan dan tanggung jawabnya masing-masing.

6.    Bimbingan harus menjadi bagian yang terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pendidikan secara keseluruhan. Program pendidikan yang baik adalah program yang memgikutsertakan bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian dari pelayanannya.

7.    Bimbingan dan konseling harus dapat dipertanggung jawabkan kepada individu dan masyarakat.
Prinsip pertanggungjawabkan mengandung pengertian bahwa bimbingan dan konseling, baik pelaksanaan maupun hasilnya, hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada individu yang dibimbing itu sendiri dan kepada masyarakat.

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Subscribe, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!!

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

1.    Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2.    Fungsi Preventif (pencegahan), yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat mengarah pada pemenuhan fungsi ini sebagai berikut:
a.    Pemberian orientasi dan informasi, yaitu informasi tentang pendidikan lanjutan, cara-cara belajar yang baik, masalah kehidupan social pribadi, dan praturan-praturan sekolah. . Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
b.    Penciptaan kondisi pendidikan yang sehat dan menunjang, seperti melengkapi sarana dan prasarana sekolah yang memadai, menciptakan praturan-praturan yang logis dan menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang menyenagkan.
c.    kerjasama dengan orang tua murid guna menghasilkan kesepakatan dan kesamaan pandangan serta sikap dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-anak mereka.

3.    Fungsi pemecahan (pemberian bantuan), segala upaya telah dilakukan dengan sebaik-baiknya tetapi masih terjadi masalah pada diri siswa, maka dalam hal ini diperlukan adanya upaya pemberian bantuan pemecahan masalah yang disebut fungsi pemecahan atau bantuan. Fungsi pemecahan diperlukan agar masalah-masalah yang dialami siswa dapat teratasi sesegera mungkin. Fungsi pemecahan merupakan usaha sekolah untuk mengatasi berbagai masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam proses belajar mengajar disekolah. Masalah-masalah yang dialami siswa itu dapat berupa sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar, kesulitan dalam menangkap isi pelajaran, kurang motif dalam belajar, tidak dapat menyesuaikan diri secara baik dengan teman-temannya, masalah kesehatan dan lain-lain. Fungsi pemecahan ini dapat diselenggarakan oleh konselor atau guru sesuai dengan jenis dan sifat dari kesulitan yang dialami oleh siswa.

4.    Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel Sekolah Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

5.    Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

6.    Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

7.    Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf,  konselor, dan guru  untuk menyesuaikan  program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan  siswa.

8.    Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Subscribe, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!!

MAKALAH PERKULIAHAN BIMBINGAN KONSELING (BK) // PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK // TUJUAN KONSELING KELOMPOK

MAKALAH PERKULIAHAN BIMBINGAN KONSELING (BK) // PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK // TUJUAN KONSELING KELOMPOK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Setiap manusia  pasti memiliki masalah dan terkadang masalah itu tidak dapat diselesaikan sendiri. Ini karena manusia diciptakan sebagai mahluk sosial, bukan mahluk individu. Kodrat sebagai mahluk sosial ini membuat manusia tidak dapat membuatnya hidup seorang diri. Manusia akan saling ketergantungan dengan lingkungan sosialnya. Bahkan untuk menghadapi masalah yang tengah membelitnya manusia juga  membutuhkan bantuan orang lain, khususnya ketika mereka merasa masalah tersebut sudah tidak mungkin lagi dihadapi seorang diri. Seseorang akan lebih tegar dalam menghadapi masalah yang dialaminya ketika orang tersebut menyadari jika masalah serupa juga dialami oleh orang lain. Konseling kelompok merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah yang tengan dihadapi seseorang dalam suatu diskusi kelompok. Melalui KOnseling Kelompok ini orang yang bermasalah akan mampu mebuka dirinya untuk membagi masalah yang didapinya dalam diskusi tersebut. Dengan adanya diskusi dalam kelompok, akan timbul pula berbagai solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang tengah dihadapi orang tersebut. Orang yang bermasalah akan mengajadi lebih percaya diri untuk menghadapi masalahnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba membahas tentang “Pengertian Konseling Kelompok, Tujuan dan Proses Konseling Kelompok, serta Perbedaan Konseling Kelompok Menurut Para Ahli”.

1.2    Rumusan Masalah   
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adala sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian dari konseling kelompok?
2.    Apakah tujuan dari konseling kelompok?
3.    Bagaimanakah proses konseling kelompok?
4.    Apakah perbedaan konseling kelompok menurut para ahli?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian Konseling Kelompok.
2.    Mengetahui tujuan dari konseling kelompok.
3.    Mengetahui proses dari konseling kelompok.
4.    Mengetahui perbedaan pendapat para ahli tentang konseling kelompok.

1.4    Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Dapat mengetahui pengertian Konseling Kelompok.
2.    Dapat mengetahui tujuan dari konseling kelompok.
3.    Dapat mengetahui proses dari konseling kelompok.
4.    Dapat mengetahui perbedaan pendapat para ahli tentang konseling kelompok.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi‐fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung.
Konseling kelompok merupakan suatu proses pertalian pribadi (interpersonal relationship) antara seorang atau beberapa konselor dengan sekelompok konseli yang dalam proses pertalian itu konselor berupaya membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan konseli untuk menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal‐hal yang menjadi kepedulian masing‐masing konseli melalui pengembangan pemahaman, sikap, keyakinan, dan perilaku konseli yang tepat dengan cara memanfaatkan suasana kelompok.
Konseling kelompok  berfokus pada usaha membantu konseli dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan  dan penyesuaian sehari-hari, misalnya modifikasi tingkah laku, pngembangan ketrampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier. Gibson dan Mitchell (dalam Latipun : 2008 : 1981)
Konseling kelompok merupakan  salah satu bentuk terapiutik yang berhubungan dengan pemberian bantuan berupa pengalaman penyesuaian dan perkembangan individu. Konseling kelompok saat ini telah diterapkan di berbagai instusi, seperti sekolah, rumah sakit, perusahaan, dan masyarakat luas.
Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok kecil dengan mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya .
Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima, dan berempati dengan tulus. Konseling kelompok merupakan wahana untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, menemukan alternatif cara penyelesaian masalah dan mengambil keputusan yang tepat dari konflik yang dialamimya dan untuk meningkatkan tujuan diri, otonomi dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Dengan  demikian konseling kelompok memberikan kontribusi yang penting dalam meningkatkan penyesuaian diri, apalagi masalah penyesuaian diri merupakan masalah yang banyak dialami oleh siswa sehingga untuk mengefisiensikan waktu konseling kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling individual.

2.2    Tujuan Konseling Kelompok

Tujuan layanan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis berkaitan dengan tujuan yang secara umum dicapai melalui proses konseling, yaitu penembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan, fungsi masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok agar masalah terselesaikan dengan cepat  melalui bantuan anggota kelompok yang lain (fungsi pemahaman pengembangan, fungsi pencegahan dan fungsi pemecahan masalah). Sedangkan tujuan operasional disesuaikan dengan harapan konseli dan masalah yang dihadapi konseli (latipun, 2008:152).
Selain itu, ada beberapa tujuan konseling kelompok yang diungkapkan oleh para ahli, yaiu sebagai berikut:
1.    Menurut Dewa Ketut Sukardi tujuan konseling kelompok meliputi:
a.    Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
b.    Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.
c.    Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.
d.    Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.
2.    Menurut Prayitno (1997:80). Konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
3.    Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain.
4.    Menurut Winkel (2004:592) tujuan konseling kelompok yaitu:
a.    Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu, dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dan kepribadiannya.
b.    Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan komunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyesuaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.
c.    Para anggota kelompok memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri.
d.    Para anggota kelompok menjadi lewbih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.
e.    Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku yang lebih konstruktif.
f.    Para anggota kelompok lebih berani melangkah lebih maju dan menerima resiko yang wajar dalam bertindak, dari pada tinggal dian dan tidak berbuat apa-apa.
g.    Para anggota kelompok lebih menghayati dan menyadari kehidupan manusia sebagai kehidupan yang sesama, dan mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima orang lain.

2.3    Proses Konseling kelompok

Proses konseling kelompok merupakan tahapan-tahapan perkembangan ynag di alami oleh kelompok selama menjalani konseling kelompok.
1.    Tahap Permulaan (beginning stage)
Pada tahap permulaan ini konselor perlu mempersiapkan terbentuknya kelompok. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok. Pada pertemuan awal adalah penting bagi konselor untuk membentuk kelompok dan menjelaskan tujuan konseling kelompok dengan istilah yang mudah dipahami oleh siswa yang ada di dalam kelompok. Tahap permulaan juga sering disebut tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan kelompok, tahap menentukan agenda, tahap menentukan norma kelompok dan tahap penggalian ide dan perasaan. Pada tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian maupun seluruh anggota.
Pada tahap ini konselor harus berperan aktif, artinya konselor perlu melakukan : 1) penjelasan tentang tujuan kegiatan, 2) penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota, 3) pertumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima, 4) pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok. Setelah pembentukan kelompok kemudian dimulai dengan pertemuan pertama yang disebut peran serta. Disini konselor kelompok perlu melakukan langkah-langkah :
a.    Perkenalan
Konselor memperkenalkan dirinya dan tiap-tiap anggota kelompok. Jika masing-masing anggota kelompok sudah saling mengenal maka yang dilakukan oleh konselor adalah meningkatkan kualitas hubungan antar anggota kelompok.
b.    Pelibatan diri
Konselor menjelaskan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai dan menjelaskan cara-cara yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan itu. Konselor menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain. Konselor juga harus dapat merangsang dan memantapkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana kelompok yang diinginkan dan juga membangkitkan minat-minat dan kebutuhan serta rasa berkepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan.
c.    Agenda
Setelah anggota saling mengenal dan melibatkan diri ke dalam kehidupan kelompok, konselor membuka kesempatan bagi mereka untuk menentukan agenda. Agenda adalah tujuan yang akan dicapai di dalam kelompok. Agenda dapat dibagi menjadi dua yaitu agenda jangka pendek dan agenda jangka panjang.
d.    Norma kelompok
Norma kelompok yang perlu ditekankan disini adalah kerahasiaan. Konselor perlu menekankan kepada semua peserta pentingnya pemeliharaan kerahasiaan itu. Mereka harus diingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam konseling kelompok merupakan rahasia mereka bersama sebagai kelompok. Apa yang terjadi di dalam kelompok dilarang dibicarakan di luar kelompok dengan orang lain. Selain itu juga perlu dingatkan tentang kehadiran dan absensi. Hal lain yang perlu dibina adalah suasana positif dalam kelompok dan perlu dikemukakan aturan main dalam memberikan umpan balik.
e.    Penggalian ide dan perasaan
Sebelum pertemuan pertama berakhir perlu digali ide-ide maupun perasaan-perasaan yang muncul. Usul-usul perlu ditampung dan juga perasaan-perasaan yang masih mengganjal perlu diungkapkan sebelum dilanjutkan pada tahp berikutnya.
2.    Tahap Transisi (transition stage)
Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja (kegiatan). Transisi dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai bersaing dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat kekuasaan dalam kelompok. Pada tahap ini muncul perasaan-perasaan kecemasan, pertentangan, pertahanan, ketegangan, konflik, konfrontasi dsb. Meskipun frustasi dan kegaduhan meningkat pada tahap ini, namun ini merupakan saat yang produktif bagi anggota kelompok untuk memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat pengalaman-pengalaman baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok tersebut. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dan ketrampilan konselor dalam beberapa hal, yaitu kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota dan mengenal suasana emosi di dalam kelompok. Konselor harus peka kapan harus melakukan konfrontasi terhadap anggota dan kapan harus memberikan dukungan, oleh karena itu konselor harus memperhatikan pola perilaku anggota dalam kelompok.

3.    Tahap Kegiatan (working stage)
Tahap kegiatan sering disebut sebagai tahap bekerja, tahap penampilan, tahap tindakan dan tahap pertengahan yang merupakan inti kegiatan konseling kelompok sehingga memerlukan alokasi waktu yang terbesar dalam keseluruhan kegiatan konseling kelompok. Tahap ini merupakan tahap kehidupan yang sebenarnya dari konseling kelompok. Di mana para anggota memusatkan perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas dan mempraktekkan perilaku-perilaku baru. Kelangsungan kegiaatan kelompok pada tahapini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Pada tahap ini, hubungan antar anggota sudah mulai ada kemajuan, sudah terjalin rasa saling percaya antar sesama anggota kelompok, rasa empati, saling mengikat dan berkembang lebih dekat secara emosional, dan kelompok tersebut akan menjadi kompak (kohesif).
Penekanan utama pada tahap ini adalah produktifitas, baik hasilnya dapat dilihat langsung maupun tidak langsung. Anggota kelompok memfokuskan pada meningkatkan diri mereka sendiri dan/atau dalam mencapai tujuan individu atau kelompok yang spesifik.  Para anggota kelompok pada tahap ini belajar hal-hal baru, melakukan diskusi tentang berbagai topik atau melakukan diskusi tentang berbagai topik atau melakukan saling berbagi rasa dan pengalaman. Pada tahap ini interaksi antar angota konselor mulai menurun dan interaksi antar anggota- anggota menaik. Pada saat ini konselor berperan sebagai pengamat dan fasilitator.
Tahap ini dikatakan berhasil bila semua solusi yang mungkin telah dipertimbangkan dan diuji menurut konsekuensinya dapat diwujudkan. Solusi-solusi tersebut harus praktis, dapat direalisasikan , dan pilihan akhir harus dibuat setelah melalui pertimbangan dan diskusi yang tepat. Namun perlu dicatat bahwa kemajuan selama tahap ini tidak selalu konstan, kadang-kadang  terjadi kemunduran, stagnasi, atau bahkan kebingungan. Oleh karena itu konselor hendaknya sadar dan bersiap diri dengan kemungkinan negatif tersebut.
4.    Tahap Pengakhiran (termination stage)
Kegiatan kelompok tidak mungkin berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap kegiatan, kegiatan kelompok ini menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatan pada saat yang dianggap tepat. Pada tahap akhir atau penghentian pertemuan kelompok yang penting adalah bagaimana ketrampilan anggota, termasuk konselor, dalam mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke dalam kehidupannya di luar lingkungan kelompok. Anggota kelompok berupaya merealisasikan rencana-rencana tindakan sampai mencapai perubahan perilaku yang diinginkan. Tidak semua anggota kelompok dapat dengan mudah merealisasikan rencana-rencana tindakan atau keputusan-keputusannya. Karena itu konselor bersama anggota kelompok perlu memberikan penguatan yang cukup bagi kebanyakan individu, bahkan kadang-kadang diperlukan dukungan dari orang lain di luar kelompok yang berarti bagi anggota kelompok. Kegiatan kelompok yang paling penting dalam tahap pengentian adalah untuk merefleksikan pengalaman mereka di masa lalu, memproses kenangan, mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari, menyatakan perasaan yang bertentangan dan membuat keputusan kognitif (wagenheim & Gemmil, 1994 dalam Wibowo, 2005 : 98).
Penghentian memberi kesempatan pada anggota kelompok untuk memperjelas arti dari pengalaman mereka, untuk mengkonsolidasi hasil yang mereka buat dan untuk membuat keputusan mengenai tingkah laku yang mereka inginkan untuk dilakukan di luar kelompok dan dilakukan dikehidupan kelompok sehari-hari. Pengakhiran konseling kelompok hendaknya membuat kesan yang positif bagi anggota kelompok, jadi jangan sampai anggota kelompok mempunyai ganjalan-ganjalan. Untuk itu perlu diberikan kesempatan bagi masing-masing anggota untuk mengemukakan ganjalan-ganjalan yang sesungguhnya mereka rasakan selama kelompok berlangsung. Dengan demikian para anggota kelompok akan meninggalkan kelompok dengan [erasaan lega dan puas. Dengan kata lain, bahwa pada akhir kegiatan kelompok hendaknya para anggota merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok yang diikutinya.

2.4    Perbedaan Konseling Kelompok Menurut Para Ahli

Setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi dari konselin kelompok sekalipun inti dari pengertian rtersebut mengacu pada hal yang sama. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Rochman Natawijaya, 1987:14Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya.
2.    Menurut Asew,(1990) Konseling kelompok adalah sebagai suatu praktek profesional yang luas, yang mengarahkan kepada pemberian bantuan atau penyelesaian tugas-tugas dalam suatu adegan (setting)  kelompok.
3.    Menurut Gazda, (1967) Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi, seperti saling mempercayai, saling memerlukan, saling pengertian, saling mendukung dan menerima.
4.     Gazda, 1984 dan Shertzer & Stone, 1980 Konseling kelompok adalah suatu proses  antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan prilaku yang disadari.
5.    Prayitno, (1999 : 115-120) Konseling kelompok adalah suatu layanan bimbingan dan kelompok konseling yang memungkinkan peserta  didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
6.    Achmad Juntika Konseling kelompok adalah adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam konseling kelompok, siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
7.    Menurut    Allson, Konseling kelompok adalah layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi dalam suasana kelompok.
8.    Menurut Sukamto, Konseling kelompok adalah pelayanan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah dalam sebuah diskusi kelompok yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan individu sesuai harkat dan martabatnya.
9.    Menurut Erman Amti, Konseling kelompok adalah kegiatan dinamika kelompok yang membantu tercapainya perkembangan optimal individu sesuai bakat dan kemampuan, sehingga dapat hidup mandiri.
10.    Menurut Dr. Thantawy R, M.A. (2005) Konseling Kelompok merupakan hubungan interpersonal yang dinamis antara konselor dan konseli dan antar konseli, interaksi dalam kelompok memungkinkan anggota kelompok untuk belajar menghadapi kenyataan hidup dan meningkatkan pengertian saling percaya, penerimaan nilai-nilai kehidupan, cita-cita, tujuan serta sikap atau tingkah laku yang digunakan oleh lingkungan sosial tertentu.
11.    Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003) konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang  bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
12.    Menurut Heru Mugiarso (2007) konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi umum layanan konseling kelompok diselenggarakan dalam kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi segenap bidang bimbingan. Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok.
13.    Menurut Prayitno (2004) layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
14.    Menurut Winkel (2007) konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
15.    Menurut Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi‐fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. Tujuan layanan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Proses konseling kelompok merupakan tahapan-tahapan perkembangan yang di alami oleh kelompok selama menjalani konseling kelompok, yaitu tahap permulaan (beginning stage), tahap transisi (transition stage), tahap kegiatan (working stage), tahap pengakhiran (termination stage). Dari uraian di atas maka dapat ditemukan perbedaan konseling kelompok menurut para ahli yaitu: konseling kelompok adalah konseling yang dilaksanakan di dalam kelompok namun tetap mengacu pada pribadi-pribadi yang tergabung dalam kelompok tersebut, jumlah anggota kelompok minimal 2 orang, konseling kelompok merupakan upaya membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya.
3.2    Saran
Adapun saran dari pembahasan di atas adalah  sebagai berikut.
1.    Kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa PGSD, agar dapat memahami secara lebih mendalam tentang konseling kelompok di Sekolah Dasar sebagai dasar pelaksanaan BK di Sekolah Dasar.
2.    Kepada para pendidik, agar memahami pentingnya mendalami konseling kelompok sebagai dasar dalam melaksanakan penerapan BK.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu M & Noviyanti K D. Pendekatan Konseling Kelompok. Diktat Kuliah Prodi BK. Madiun: FIP. IKIP PGRI
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UMM Pres

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!

ARTIKEL MASALAH KESULITAN BELAJAR ANAK SD DAN MASALAH ANAK GIFTED, ANAK CERDAS LUAR BIASA

ARTIKEL MASALAH KESULITAN BELAJAR ANAK SD

1)    Defenisi kesulitan
Proses belajar mengajar senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. tercapainya hasil belajar dengan baik adalah harapan setiap guru, tetapi hal ini tidak selamanya terealisir, karena masih ada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar merupakan gabungan dari dua kata yaitu kesulitan dan belajar. Menurut Poerwadarminta (1984:37) mengemukakan, ”Arti dari kesulitan adalah kesusahan dan kesukaran, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian“.
Tingkat kesulitan yang dialami setiap siswa tidaklah sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Perbedaan siswa inilah menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:74) mengatakan, “Yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah dalam keadaan anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh para ahli di The United States Office Of Education (USOE) pada tahun 1977 definisi tersebut seperti dikutip Hallaham et al dalam Abdurrahman(1999:6) seperti berikut ini:
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utama berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan, lingkungan, budaya atau ekonomi.
Dalam mencapai hasil belajar yang baik dan sempurna, bukanlah suatu hal yang mudah. Karena tentunya akan berhadapan dengan kesulita-kesulitan yang ditunjukan dengan nilai yang rendah, menurut Natawijaya (1984:19): “Dalam kenyataannya banyak siswa yang menunjukan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan”. Beberapa murid menunjukkan nilai-nilai yang rendah meskipun telah diusahakan sebaik-baiknya oleh guru. Dalam proses belajar mengajarpun guru sering menghadapi masalah adanya murid yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Dengan kata lain guru sering menghadapi murid-murid yang kesulitan belajar.
Dengan demikian kesulitan belajar diartikan sebagai kendala yang dapat mengakibatkan siswa mengalami kemandekan dalam belajar. Dalam hal ini perlu adanya penanggulangan yang matang agar proses belajar mengajar tidak mengalami kemerosotan terutama bagi siswa yang masih memerlukan perhatian dalam keaktifan belajar.
Kesulitan belajar yang dihadapi siswa merupakan salah satu sebab dari kegagalan siswa. Siswa yang mengalami kesulitan belajar itu adalah siswa yang hasil belajarnya tidak sesuai atau yang lebih rendah dari kemampuan yang dimiliki rata-rata siswa.

2)    Ciri-ciri kesulitan belajar
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
1.    Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2.    Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin  ada murid yang selalu belajar dgn giat, tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
3.    Lambat dalam melakukan tugas-tugas dalam belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
4.    Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5.    Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, tidak mengerjakan PR, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama dan sebaginya.
6.    Menunjukkan gejala emosional yang kurang ajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak/kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih, menyesal, dan sebagainya
7.    Lebih banyak mengalami kecemasan dan kurang mampu mengontrol diri terhadap kecemasannya.
8.    Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang kepercayaan pada diri sendiri.
9.    Kurang mampu mengikuti otoritas.
10.    kuarang mampu dalam penerimaan sosial.
11.    Lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan.
12.    Kegiatannya kurang berorientasi akademis dan sosial.
13.    Nilai pelajaran yang naik turun.
14.    Sulit mengatur kegiatan atau barang
15.    Mudah lupa
16.    Sering kehilangan barang-barang
17.    Sering melamun.
18.    Ceroboh dan tidak teliti
19.    Tidak termotivasi untuk belajar
20.    Mudah menyerah
21.    Sulit duduk tenang untuk jangka waktu yang lama
22.    Banyak berbicara
23.    Sulit menunggu giliran
24.    Suka jail, iseng dan impulsif

3) Cara untuk mengatasi kesulitan belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
1.    Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2.    Memerlukan dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3.    Menyusun program perbaikan khususnya remedial teaching (pengajaran perbaikan)
4.    Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.
Disamping itu hal-hal yang harus dihindari karena tidak akan membantu anak mengatasi kesulitan belajarnya seperti :
1.    Memarahi, menghukum atau mempermalukannya
2.    Memberi cap atau sebutan negatif
3.    Memperbanyak latihan dan les
4.    Mengiming-imingi hadiah

Untuk orang tua tidak perlu khawatir karena kesulitan belajar bisa ditangani, Apa yang orangtua bisa lakukan ?
1.    Menerima keadaan yang ada, dalam hal ini bukan berdiam diri, bukang menyangkali, berhenti menyalahkan diri sendiri, orang lain atau Tuhan serta berhenti menangisi diri sendiri
2.    Melakukan pemeriksaan baik secara psikologis, motorik, neurologis, mata, THT dan alergi
3.    Berkomitmen 100 persen untuk menjalani program terapi serta mengubah pola pikir dan pola asuh
4.    Menyeimbangkan antara kasih sayang dan disiplin
5.    Memberikan pujian
6.    Menghindari label negative
Sementara itu guru juga bisa berperan dengan memberikan suasana belajar yang menyenangkan seperti menggunakan visual, auditori atau praktek, menggunakan minat anak dalam memberikan contoh, memberikan target yang jelas, memberikan pernyataan positif serta menjadi inspirasi.

MASALAH ANAK GIFTED, ANAK CERDAS LUAR BIASA

Masalah Anak “Gifted”, Anak Cerdas Luar Biasa
1)    Definisi anak cerdas luar biasa
Anak cerdas berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan luar biasa yang sudah melekat dari dalam diri sejak lahir yang melliputi kemampuan intelektual, akademik, kretif dan produktif, kemamapuan dalam salah satu bidang seni dan psikomotor yang dalam pengembangan kemampuan-kemampuan tersebut secara optimal diperlukan pelayanan pendidikan yang khusus

2)    Ciri-ciri anak cerdas luar biasa
Kecerdasan selalu dikaitkan dengan IQ yang tinggi,namun anak yang cerdas tidak hanya mempunyai ingatan yang kuat.Anak yang cerdas juga memiliki potensi pengembangan diri yang kuat pula.Bersyukurlah jika kita dikaruniai seorang anak yang cerdas,sehingga tidak susah susah dalam mendidiknya.Jika Anda ingin memiliki anak yang cerdas,bisa diusahakan dengan memperhatikan gizi asupan makanan harian anak Anda.Baca: Bahan makanan agar anak menjadi cerdas
Mari kita simak apa pendapat para pakar tentang ciri anak yang cerdas.
1.    Mempertahankan Informasi:
Sebuah istilah “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” nampaknya berlaku juga bagi kebanyakan anak. Akan tetapi anak yang pintar benar-benar bisa mempertahankan berbagai informasi dan mampu mengingatnya kembali di lain waktu.
Sebuah contoh dari National Association of Gifted Children (NAGC) yaitu: “Seorang anak berusia enam tahun kembali dari perjalanan kunjungan ke museum ruang angkasa dan membikin kembali secara akurat gambar roket luar angkasa yang telah dilihatnya.
2.    Memiliki Ketertarikan Luas:
Anak pintar akan menunjukkan minat dalam berbagai topik.Misalnya mereka mungkin suka dengan dinosaurus dalam bulan ini, rdan suka ruang angkasa pada bulan berikutnya, dan seterusnya.
3.    Menulis dan Membaca Lebih Awal:
Jika anak anda adalah seseorang yang pintar dan cerdas, dia mungkin dapat membaca dan menulis lebih dini walaupun tanpa pengajaran formal.
4.    Berbakat di Bidang Musik atau Seni.
Anak yang menunjukkan bakat luar biasa untuk musik dan kesenian sering dianggap pintar. Anak yang dapat menggambar ataupun dapat bernyanyi dengan sempurna, dan juga menampilkan bentuk persepsi seni yang tinggi lainnya biasanya masuk dalam kategori anak pintar.
5.    Menunjukkan Waktu Konsentrasi Intens:
Anak tidak begitu identik dengan rentang perhatian yang panjang, tapi anak pintar mampu memiliki waktu yang lebih untuk konsentrasi intens.
6.     Memiliki Ingatan yang Baik:
Beberapa anak pintar mampu mengingat hal-hal sewaktu mereka saat lebih kecil. Misalnya, anak berumur dua tahun mungkin akan ingat dan membawa kembali kejadian ketika dia masih berusia 18 bulan.
7.    Memiliki Kosakata Tinggi:
Seorang anak yang terlalu dini untuk mampu berbicara bukan saja merupakan tanda kepintaran, tapi jika anak anda berbicara menggunakan kosakata yang lebih maju dengan memakai kalimat-kalimat, maka dia mungkin memang sepintar yang anda bayangkan.
Menurut NAGC, contohnya “Anak pada usia dua tahun membuat kalimat seperti: ‘Ada anjing.’ Anak dua tahun yang cerdas mungkin akan berkata, ‘Ada seekor anjing di belakang rumah dan ia mengendus bunga.’”
8.    Memperhatikan Detil:
Anak pintar memiliki mata yang tajam untuk melihat sebuah detil. Anak yang lebih tua mungkin ingin tahu rincian spesifik tentang bagaimana segala sesuatu bekerja, sedangkan anak yang lebih muda akan dapat menaruh kembali mainan persis di mana ia mendapatkannya atau memperhatikan jika sesuatu telah dipindahkan dari tempat biasa.
9.    Bertindak sebagai Kritikus Sendiri:
Pada umumnya anak tidak terlalu khawatir tentang diri mereka sendiri atau orang lain, kecuali teman mereka memiliki sesuatu yang mereka inginkan. Sebaliknya, anak pintar prihatin dengan orang lain, tapi yang paling penting terhadap diri mereka sendiri.
10.    Memahami Konsep yang Kompleks:
Anak yang sangat pintar memiliki kemampuan untuk memahami konsep yang kompleks, memahami hubungan, dan berpikir abstrak. Mereka mampu memahami masalah secara mendalam dan berpikir tentang sebuah solusi.

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!

SOAL PENILAIAN HARIAN: KELAS 6 TEMA 9 SUBTEMA 3

 SOAL PENILAIAN HARIAN: KELAS 6 TEMA 9 SUBTEMA 3 Memuat… Waktu Pengerjaan: 20:00 menit!